ficky febrianto
Senin, 05 Maret 2012
Kamis, 01 Maret 2012
pentingnya agama
Pentingnya Agama
Masih
pentingkah agama dalam kehidupan? Jika penting, mengapa banyak orang beriman
masih melakukan tindakan dan perbuatan yang bertentangan dengan agama?
Perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama terjadi tidak hanya di
negara-negara yang penduduknya beragama Nasrani, Hindu, Buddha, dan apa saja,
tetapi juga Muslim. Terdapat kesenjangan yang kadang-kadang sangat besar
antara ajaran agama dan perilaku para penganutnya yang bahkan sangat yakin
agama merupakan panduan sangat penting dalam kehidupan mereka.
Khusus
mengenai kaum Muslimin, pertanyaan itu lebih tajam, karena ternyata mereka,
dibanding para penganut agama lain, lebih cenderung sangat percaya bahwa
Islam sebagai satu-satunya jalan kebenaran menuju keselamatan. Dan, bahwa
agama [Islam] sangat penting dalam kehidupan mereka.
Pertanyaaan-pertanyaan
itu diajukan kepada saya oleh Richard Allen Greene, newsdesk editor The
CNN Wire, London, tentang tema 'Agama-Apakah Kekuatan untuk Kebajikan
atau Tidak' yang merupakan bagian hasil survei Global@dvisor bertajuk 'Views
on Globalisation and Faith'. Survei itu sendiri dilakukan Ipsos MORI di 24
negara pada April 2011 dengan melibatkan hampir 20 ribu responden
berdasarkan agama; Kristiani (Katolik dan Protestan di 19 negara), Islam di
tiga negara (Indonesia, Arab Saudi, dan Turki), Hindu (India), Buddhis di
tiga negara (Cina, Jepang, dan Korea Selatan).
Survei
itu menemukan, tingkat keyakinan kaum Muslimin pada pentingnya agama sangat
tinggi, bahwa Islam sangat penting dalam kehidupan mereka, yaitu 94 persen
(di Arab Saudi 100 persen, Indonesia 99 persen, dan Turki 86 persen).
Selanjutnya adalah para penganut Hindu India (86 persen), dan Kristiani (66
persen). Lebih jauh, 61 persen kaum Muslimin di ketiga negara percaya, Islam
sebagai satu-satunya jalan kebenaran menuju keselamatan; sedangkan di
kalangan penganut Hindu hanya 26 persen, dan Nasrani secara keseluruhan 19 persen
saja.
Sebaliknya,
22 persen Muslim secara keseluruhan juga berpendapat para penganut agama lain
boleh jadi pula dapat mencapai keselamatan, menemukan kebenaran atau masuk
surga melalui agama masing-masing. Sejumlah 22 persen kaum Kristiani juga
berpendapat sama; Buddhis hanya 15 persen, dan penganut Hindu tertinggi
dengan 29 persen. Pandangan ini saya kira terkait dengan interaksi dan
pengetahuan tentang agama lain dan para penganutnya. Sepuluh persen Muslim
secara keseluruhan punya kenalan beragama lain, berbanding hanya enam persen
kaum Nasrani, Buddhis lima persen; dan tertinggi, penganut Hindu, 19 persen.
Lagi-lagi
pertanyaannya: "Mengapa agama begitu penting di Dunia Muslim, khususnya
di Indonesia?"
Tendensi
itu menunjukkan Islam bertahan kuat-jika tidak meningkat-dalam diri para
penganutnya. Meski banyak kaum Muslimin di berbagai kawasan mengalami
berbagai gejolak dan pernah lama di bawah penjajahan Eropa, Islam tidak
pernah surut. Bahkan, dalam banyak kasus, kolonialisme Eropa menyaksikan meningkatnya
dinamika Islam dari waktu ke waktu, sampai pasca-Perang Dunia II, di mana
banyak negara Muslim mencapai kemerdekaannya.
Selanjutnya,
modernisasi dan sekularisasi yang dilakukan rezim penguasa di berbagai negara
Muslim juga tidak mampu mengurangi posisi dan peran Islam. Bahkan, di
beberapa negara, seperti Indonesia, modernisasi atau pembangunan menghasilkan
banyak kemajuan signifikan dalam berbagai bidang kehidupan, sejak dari
pendidikan, sosial, ekonomi, sampai politik. Semua perkembangan ini
memunculkan berbagai bentuk gejala penguatan Islam.
Masalahnya
kemudian adalah masih bertahannya kontradiksi atau kesenjangan antara
keyakinan yang begitu kuat pada kebenaran Islam dengan perilaku kalangan umat
dalam kehidupan sehari-hari. Terlihat tidak ada korelasi positif antara
kebertahanan dan peningkatan keimanan kepada Islam dengan perilaku aktual.
Keimanan tidak diwujudkan dalam kehidupan riil.
Contoh
paling sering disebut adalah tentang masih sangat merajalelanya korupsi di
Indonesia pada berbagai tingkat kehidupan, sejak dari lingkungan elit
penguasa dan birokrasi sampai ke tingkat masyarakat sehari-hari. Hampir ke
manapun melangkah, orang dapat menemukan berbagai bentuk tindakan yang
tergolong ke dalam korupsi yang jelas-jelas dilarang agama.
Karena
itu, tantangan umat beragama-khususnya kaum Muslimin-hari ini dan ke depan
adalah mewujudkan keyakinan pada agama itu ke dalam perilaku dan perbuatan
aktual sehari-hari. Umat beragama sepatutnya tidak berhenti pada ritualisme
belaka; rajin beribadah, tetapi juga rajin melakukan pelanggaran ajaran agama
dan nilai serta ketentuan hukum. Nilai penting agama semestinya tidak hanya
pada keimanan dan ritual belaka; seharusnya juga dalam aktualisasi ajaran dan
nilai agama itu dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara
sehari-hari.
|
Rabu, 29 Februari 2012
puisi
Bersinar Lagi
Ragamu
separuh di sini…
Tinggalkan kenangan yang terukir…
Suaramu masih terdengar di hati…
Walau kau di balik hitamnya pertiwi…
Tinggalkan kenangan yang terukir…
Suaramu masih terdengar di hati…
Walau kau di balik hitamnya pertiwi…
Rasaku tak
akan berpaling…
Walau mereka tak akan mengenali…
Namun cintamu bersinar lagi…
Dengan alunan merdu membawamu kembali…
Walau mereka tak akan mengenali…
Namun cintamu bersinar lagi…
Dengan alunan merdu membawamu kembali…
Rinduku tak
akan mati…
Ku tunggu kau di sini…
Bernyanyi bersama indahnya pelangi…
Yang terang bersinar kembali…
Namamu masih tertulis…Ku tunggu kau di sini…
Bernyanyi bersama indahnya pelangi…
Yang terang bersinar kembali…
Takkan terhapus, masih tetap abadi…
Dengan langkahmu perlahan berlari…
Bangkit untuk menggapai mimpi
Langganan:
Postingan (Atom)